Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah
“guidance” dan “conseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiah
istilah
“guidance” berasal dari akar kata “guide’, yang berarti (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Definisi yang diungkapkan
oleh Miller (dalam Jones, 1987) nampaknya merupakan definisi yang lebih
mengarah pada pelaksanaan bimbingan di sekolah. Definisi tersebut menjelaskan
bahwa:
“Bimbingan adalah
proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahan diri dan pengarahan
diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada
sekolah, keluarga, serta masyarakat”.
Pertama, bimbingan
merupakan suatu proses, yang mengandung makna bahwa bimbinga itu merupakan
kegiatan yang berkesinambungan, berlangsung terus-menerus, bukan kegiatan
seketika. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sitematis dan
terencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. Sebagai contoh, ketika seorang
guru menemukan salah seorang siswa sedang merokok pada saat istirahat, guru
tersebut serta merta memanggilnya ke dalam ruangan. Guru memberikan nasihat
kepada siswa, dan melarangnya untuk mengulang perbuatannya. Di akhir pemberian
nasihat, guru meminta siswa untuk menuliskan janji yang berbunyi “ Saya tidak
akan merokok lagi”. Kalimat itu harus ditulis berulang-ulang dalam buku tulis.
Dengan susah payah siswa menyelesaikan tugas itu, dan keesokan harinya diserahkan
ke gurunya.
Dalam
ilustrasi di atas, interaksi guru murid berakhir dengan penyerahan buku
“janji”. Interksi itu terjadi secara kebetulan, yaitu guru menemukan siswa yang
sedang merokok. Sekiranya peristiwa itu tidak terjadi maka pemberian nasihat
pun tidak akan terjadi. Maka, timbul pertanyaan apakah hal itu menggambarkan
konsep bimbingan atau tidak.
Kedua, bimbingan
merupakan ‘helping’, yang identik artinya dengan aiding, assisting, atau availing
yang artinya bantuan atau pertolongan. Dalam bimbingan, pembimbing tidak
memaksakan kehendaknya sendiri kepada siswa. Istilah bantuan dalam bimbingan
dapat juga dimaknai sebagai upaya untuk: (1)
mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa, (2)
memberikan dorongan dan semangat, (3) menumbuhkan keberanian dan bertanggung
jawab, dan (4) mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah
perilakunya sendiri.
Ketiga, bantuan
itu diberikan kepada individu. Individu yang diberikan bantuan adalah individu
yang sedang berkembang dengan segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan
diberikan dengan mempertimbangakan keragaman keunikan individu. Tidak ada
teknik pemberian bantuan yang berlaku umum, setiap bantuan kepada siswa akan dipahami
dan dimaknai secara individual sesuai dengan penglaman, kebutuhan dan masalah
yang dihadapi siswa. Ini berarti bantuan yang diberikan kepada siswa harus
didasarkan kepada pemahaman terhadap kebutuhan dan masalah siswa. Oleh karena
itu, guru perlu memiliki keterampilan memahami perkembangan, kebutuhan, dan
masalah siswa. Ilustrasi di atas memberikan gambaran bahwa perlakuan yang
diberikan guru kepada siswa tersebut tidak didasari oleh pemahaman guru
terhadap kebutuhan dan masalah siswa secara objektif. Tindakan menyuruh siswa
menuliskan janji tidak bertolak dari kaidah tentang kemampuan apa yang bisa
dikembangkan pada diri siswa untuk mengubah perilakunya.
Keempat, tujuan
bimbingan adalah perkembangan optimal. Yaitu
perkembangan yang sesuai denga potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang
baik dan benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata mencapai perkembangan
intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik dimana individu mampu mengenal
dan memahami diri, dan sistem nilai, melakukan pilihan mengmbil keputusan atas
tanggung jawab sendiri. Dikatakan sebagai kondisi dinamik karena kemampuan yang
disebutkan di atas akan berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu berada
di dalam serta menghadapi lingkungan yang terus berubah dan berkembang.
2.1.1 Hubungan
Bimbingan dengan Konseling
Istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling)
memiliki hubungan yang sangat erat dan merupakan kegiatan yang integral. Dalam praktik
sehari-hari istilah bimbingan selalu digandengkan dengan istilah konseling
yakni bimbingan dan konseling (guidance and counseling). Ada pihak-pihak
yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antar bimbingan
dengan konseling atau keduanya memiliki makna yang identik. Namun sementara
pihak ada yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupaka dua
pengertian yang berbeda, baik dasar maupun cara kerjanya. Konseling atau counseling
dianggap identik dengan psychoterapy, yaitu usaha menolong
orang-orang yang mengalami gangguan psikis yang serius, sedangkan bimbingan
dianggap identik dengan pendidikan. Sementara pihak lain ada lagi yang
berpendapat bahwa konseling merupakan salah satu teknik pemberian layanan dalam
bimbingan dan merupakan inti dari keseluruhan pelayanan bimbingan. Pandangan
inilah yang nampaknya sekarang banyak dianut. Rogers (dalam Kusmintardjo, 1992)
memberikan pengertian konseling sebagai berikut: Counseling is a series of
direct contats with the individual which aims to offer him assistance in
changing his attitude andbehavior. Konseling adalah serangkaian kontak atau
hubungan bantuan langsung dengan individu dengan tujuan memberikan bantuan
kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya).
Selanjutnya Mortensen (dalam Jones, 1987) memberikan
pengertian konseling sebagai berikut: Counseling may, therefore, be defined
as apesonto person process in which one person is helped by another to increase
inunderstanding and ability to meet his problems”. Konseling dapat didefinisikan
sebagai suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang seorang
dibantu oleh yang lainya untuk menemukan masalahnya.
Dengan demikian jelaslah, bahwa konseling merupakan salah satu
teknik pelayanan bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan cara memberikan
bantuan secara individual (face to face relationship). Bimbingan tanpa
konseling ibarat pendidikan tanpa pengajaran atau perawatan tanpa pengobatan.
Kalaupun ada perbedaan di antara keduanya hanyalah terletak pada tingkatannya.
2.1.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling Sekolah
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah
agar peserta didik, dapat: (1) mengembangkan seluruh potensinya seoptimal
mungkin; (2) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi
kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah,
keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan; (4) mengatasi kesulitan
dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam
menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan
pekerjaan; (6) memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah
tersebut.
Bimbingan dan konseling bertujuan
membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya
seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas
perkembangan yang harus dikuasainya sebaik mungkin. Pengembangan potensi
meliputi tiga tahapan, yaitu: pemahaman dan kesadaran (awareness), sikap
dan penerimaan (accommodation), dan keterampilan atau tindakan (action)
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
2.1.3 Fungsi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pelayanan
bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
Fungsi-fungsi
tersebut adalah :
a. Fungsi pemahaman
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang
sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan
peserta didik.
b. Fungsi pencegahan
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya dan
terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang
akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian
tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi
penuntasan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
d. Fungsi
pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai
potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya
secara mantap dan berkelanjutan.
2.1.4 Prinsip-prinsip
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Sejumlah prinsip mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran
layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai aspek operasional
pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam layanan bimbingan dan konseling perlu
diperhatikan sejumlah prinsip yaitu:
- Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan.
a.
Bimbingan dan konseling melayani semua individu
tanpa memandang
umur, jenis kelamin, suku agama dan status social ekonomi.
b.
Bimbingan dan konseling berurusan denga pribadi
dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c.
Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya
tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. Bimbingan dan konseling
memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yagn menjadi orientasi
pokok pelayanan
- Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu
a.
Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang
menyangkutpengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinyadi
rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial,pekerjaan dan
sebaliknya pengaruh lingkungan tehadap kondisimental dan fisik individu.
b.
Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan
merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi
perhatianutama pelayanan bimbingan dan konseling.
- Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan.
a.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari
integral dari upayapendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu
programbimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan denganprogram
pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b.
Program bimbingan dan konseling harus fleksibel
disesuaikan dengankebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga
programbimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari
jenjangpendidik yang terendah sampai tertinggi.
c.
Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan
konseling perludiarahkan yang teratur dan terarah
- Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan:
a.
Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk
pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi permasalahan.
b.
Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan
yang diambil dan akan dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemampuan
individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau
pihak lain
c.
Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga
ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d.
Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan
orang tua yangakan menentukan hasil bimbingan.
e.
Pengembangan program pelayanan bimbingan dan
konselingditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukurandan
penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan.
2.1.5 Asas-Asas Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Penyelanggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga
dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Asas-asas itu sendiri ialah :
1.
Asas
kerahasiaan
2.
Asas
kesukarelaan
3.
Asas
keterbukaan
4.
Asas
kegiatan,
5.
Asas
kemandirian,
6.
Asas
kekinian,
7.
Asas
kedinamisan,
8.
Asas
keterpaduan,
9.
Asas
kenormatifan,
10.
Asas
keahlian,
11. Asas alih tangan,
12. Asas tut wuri handayani,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar